INHU, (Pakarnews.com)- Bandara Japura salah satu kebanggaan Kabupaten Inhu dengan panjang landasan pacu sekitar 1.400 meter yang terletak di Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, pernah menjadi bandara yang pertama di Bumi Lancang Kuning dengan segudang kenangan penerbangan Indonesia.
Bandara Japura yang dulunya dikelola oleh PT. Stanvac, yang diserahkan pihak perusahaan Pertamina ke Kementrian pada tahun 1954 saat itu.
Sejarah yang ditorehkan oleh Bandara Japura Rengat yakni, pernah digunakan untuk pendaratan dan penerbangan pesawat yang mengangkut tenaga kerja PT Stanvac bidang pertambangan minyak bumi pada tahun 1952.
Kemudian, pada tahun 1983 hingga 1986 Bandara tersebut masih eksis melayani penerbangan komersil dari sejumlah maskapai meskipun hanya bertahan empat tahun hingga saat ini 'mati suri'.
Bandara kebanggaan masyarakat Inhu kembali menggeliat di tahun 2018, karena membuka rute penerbangan jurusan Japura - Batam sepekan sekali yaitu setiap Rabu, jam keberangkatan pukul 10.25 WIB dari Japura. Dan Batam - Japura pukul 08.50 WIB, pesawatnya saat itu jenis ATR milik maskapai Wings Air dan Susi Air akan tetapi juga tidak berkelanjutan.
Kini, meskipun tidak lagi berfungsi pihak Kementerian masih terus melakukan perawatan terhadap aset yang ada di Bandara. Sedikitnya menghabiskan uang negara mencapai Rp 6,3 miliar untuk biaya rutin setiap tahun.
Pantauan di lapangan, terlihat sejumlah fasilitas Bandara Japura terawat bagus kala pengguna jalan Lintas Timur melintas menuju Jakarta dari arah Pekanbaru seperti rumput tertata indah didepan Kantor Bandara maupun areal parkir, hingga lintasan pacu pesawat jika ditengok ke dalam.
Upaya penerbangan terus didorong oleh pimpinan Bandara Japura kala itu, tidak terkecuali Alex Rudy Nainggolan, yang saat ini sebagai Kepala Bandara Japura sejak tahun 2021 lalu. Berbagai cara pendekatan ke beberapa pemangku kepentingan sangat getol dilakukan untuk memajukan daerah Inhu dan tentunya lewat penerbangan.
Lelaki 47 tahun bercerita pahitnya untuk memajukan daerah Inhu. Beberapa tokoh masyarakat kala itu duduk bersama mengupas soal bandara Japura supaya aktivitas penerbangan berjalan. " Ada beberapa catatan penting hasil silahturahmi yakni mengenai sistem kerjasama dengan pihak maskapai Wings Air," katanya minggu (5/3).
Alex Rudy Nainggolan, tanpa pikir panjang saat itu terbang ke Jakarta untuk menemui pihak Wings Air (Ari Azhari), agar unek-unek masyarakat direalisasikan. Diskusi bersama Wings Air mengerucut pada bundelan catatan penting agar diteruskan ke pemerintah daerah Inhu.
" Persoalannya saat itu nilai tiket pesawat dari Rengat - Batam lanjut ke Jakarta, kita sudah sampaikan ke Pemda Inhu. Bahkan eloknya perjalan dinas ASN dimasukkan sebagai bentuk dukungan penerbangan, tetapi sampai saat tidak direspon," terangnya.
Lantaran mentok, Alex Rudy Nainggolan, berupaya mengundang semua instansi dan perusahaan perkebunan kelapa sawit, tambang batu bara bersama pemerintah daerah perihal penerbangan. Hasilnya juga sama belum ada kesepakatan mengenai subsidi.
Lagi-lagi, dia bermohon kepada pihak Wings Air untuk menurunkan nilai jaminan yang sebelumnya sebesar Rp 1 miliar jadi Rp 500 juta lewat surat berbadan hukum koperasi bandara. Lobi-lobi belum juga membuahkan hasil, Wings Air tetap ngotot Rp 1 miliar sebagai jaminan seat dan blok seatnya 40 dari Batam - Rengat, Rengat - Batam 40 seat.
Tidak patah semangat sampai disitu, Direktorat angkutan udara diterjunkan ke Inhu untuk mensosialisasikan terkait penerbangan dengan mengundang Inhu, Inhil, Kuansing, Pelalawan di Hotel Rapana, Pematang Reba tahun 2022.
" Inti pertemuan tersebut pihak pusat berharap kepada Pemda lebih berperan aktif demi bandara Japura bukan sebaliknya pegawai Badara yang menjadi ujung tombak," tuturnya.
Begitu juga pesan Dirjen Perhubungan dalam pertemuan di Batam, beliau minta jangan patah semangat untuk mendatangkan pesawat supaya badara punya pendapatan. Bila perlu aset yang ada disewakan saja